Masih teringat dibenak mahasiswa
Fakultas Trisula mengani perisitwa aklamasi pemilihan ketua Badan Eksektuif
Mahasiswa periode 2014/2015 kemarin. Alih-alih keinginan memimpin organisasi
menjadi hal yang tabu untuk diungkit. Persaingan yang seharusnya memiliki
paling sedikit dua pasangan calon kandidat, malah menjadi satu pasang yang maju
dan jelas terpilih. Kondisi tersebut justru menimbulkan banyak pertanyaan dan
meragukan kredibilitas pasangan calon ketua dan wakil, karena kurangnya
kompetisi yang dapat memicu kelayakan calon pasangan.
Memasuki periode 2015/2016, Pemira
Fakultas Trisula terus digencarkan dengan pemerolehan calon kandidat yang telah
lulus LKMM Madya. Berbagai pertanyaan dan polemik yang timbul mengenai politik
kampus, memberikan gambaran bahwa kurangnya minat politik pada mahasiswa/i
Fakultas Trisula. Keluhan mengenai organisasi dan KBK (kurikulum berbasis
kompetensi) 2012 kian meningkat di Fakultas Trisula ini. Terbukti dengan
banyaknya dialog yang diadakan antara mahasiswa dengan berbagai jajaran dosen
mengungkit keluhan tersebut. Para mahasiswa terus menimbang-nimbang antara
menjalankan kewajiban sebagai mahasiswa, namun juga dituntun untuk memiliki keterikatan
(engaged) dengan organisai.
Menjadi sosok pemimpin tidaklah mudah,
namun juga tidak begitu sulit. Pemimpin menjadi sorotan bagi warganya.
Kepopuleran ini menjadikan pemimpin dituntut untuk terus membuktikan
kemampunannya dalam meyakinkan para warga Fakultas Trisula agar dapat sinergi
bersama dan mendukungnya.
Mampukah Pemira tahun ini memiliki
kompetisi sehat antara pasangan calon kandidat? Tentu bukan sekadar permainan
politik kampus belaka, namun keinginan para pasangan calon kandidat yang sesungguhnya.
Akankah aklamasi akan terus menjadi hal yang lumrah di Fakultas Trisula ini?
Hidup Mahasiswa! (psikojur)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar