Minggu, Januari 11, 2015

Siapa Bilang Mahasiswa Psikologi Tak Pandai Bisnis?

Mahasiswa berperan sebagai agent of change, sudah semestinya memiliki inisiatif untuk menciptakan perubahan. Tidak hanya bergulat dengan organisasi kampus maupun di luar kampus, tapi juga mampu menghasilkan karya yang bermanfaat, baik untuk diri sendiri maupun orang lain, baik untuk sekarang maupun masa depan. Salah satunya dengan membangun sebuah wirausaha. Wirausaha sebagai karya yang bermanfaat tidak luput dari inovasi dan kreativitas yang unik. Melihat persaingan yang ketat, mahasiswa harus memutar otak untuk menciptakan inovasi yang out of the box.

Werdhi Hanartari Mangundjaya, Galih Bhramantyo, Gaza Palevi, dan Prasetyo Nugraha telah membuktikan peran mahasiswa sebagai agent of change dengan membuat sebuah wirausaha di bidang makanan dan minuman. “48 ice blend & Pawpaw Rone” merupakan bentuk usaha yang menjual bakpao isi toblerone dan ice blend berbagai rasa. Diawali oleh Prasetyo Nugraha, yang sudah memulai usahanya dengan menjual bakpao isi toblerone. Pras, ppanggilan akrab Prasetyo Nugraha, menjual bakpao inovasinya di kampus sebagai sasaran awal. Melihat animo dari teman-teman mengenai bakpao buatannya, Pras semakin yakin untuk menggeluti usaha ini. Pras bertemu dengan tiga temannya yaitu Werdhi, Galih, dan Gaza yang juga memiliki keinginan yang sama. Ketiga temannya itu sudah memiliki konsep untuk menjual minuman franchise yang bernama “48 ice blend”. Mahasiswa psikologi Universitas Diponegoro ini akhirnya memutuskan untuk bergabung sehingga terbentuklah “48 ice blend & Pawpaw Rone”. Menurut mereka, berwirausaha di bidang makanan dan minuman karena melihat mahasiswa pasti membutuhkannya, selain itu bakpao toblerone merupakan yang pertama di Indonesia. “Coba kamu ketik di google ‘bakpao toblerone’ pasti belum ada,” jelas Pras.

Kedai “48 ice blend & Pawpaw Rone” yang berlokasi di Jl. Sirojudin No. 20 tembalang ini beroperasi dari pukul 13.00 sampai pukul 21.00 WIB. Akan tetapi, apabila masih ada pelanggan yang ingin bersantai di kedai, kedai akan tutup sampai pelanggan meniggalkan tempat. Kedai ini menyediakan delapan varian rasa yaitu starbluesky, frappucino, black coffee, white grape, red berry, choco mint, choco malt, dan green espresso. Sementara itu untuk makanan, kedai ini menyediakan lima varian rasa yaitu toblerone, toblerone keju, nutella, nutella keju, dan Bolognese. Range harga yang ditawarkan sekitar Rp 5.000 sampai Rp 8.000. “Semua yang kita jual itu favorit, tapi waktu pertama kali aku jual bakpao toblerone, 40 bakpao yang aku jual langsung habis dalam lima menit,” tutur Pras ketika ditanya bakpao mana yang paling favorit. Pras dan teman-temannya mempromosikan usaha mereka dari mulut ke mulut, namun saat ini kedai “48 ice blend & Pawpaw Rone dapat ditemui di instagram (48iceandpaw2).

Bagi Werdhi, yang menjadi inspirasinya dalam membangun usaha ini adalah Hasan, pemilik kedai Sop buah “FresHasan”. Menurutnya, Hasan yang merupakan teman semasa SMA saja bisa, mengapa ia tidak? Selain itu, Werdhi ingin mendapatkan kemandirian dan mewujudkan keinginannya untuk menciptakan kegiatan yang tidak hanya menghabiskan uang tapi juga menghasilkan uang. Hal yang sama juga diungkapkan oleh Pras dan Galih, mereka ingin mandiri dan tidak memberatkan orangtua. Uang tabungan yang mereka gunakan sebagai modal adalah bukti langkah awal untuk mencapai kemandirian.
Usaha yang baru dibuka selama dua minggu ini belum menemukan kendala yang dihadapi. Akan tetapi, Pras dan teman-temannya sudah memikirkan apabila terdapat jadwal kuliah yang tidak sesuai dengan jam operasional kedai mereka. Mereka sudah mempersiapkan untuk membuka peluang bagi teman-teman yang ingin bekerja part time di kedai untuk mengatasi kendala tersebut.

Saat ini, banyak mahasiswa yang sudah berwirausaha, terutama di bidang makanan, namun Galih tidak menganggap persaingan sebagai suatu yang harus ditakuti “Saingan pasti ada, kenapa musti takut?”, Pras pun menambahkan “Rejekinya masing-masing”. Mereka memandang bahwa teman-teman mahasiswa saat ini masih banyak yang takut untuk memulai usaha mereka, mereka mengakui bahwa teman-teman mahasiswa lain memiliki ide dan potensi yang kuat, hanya saja masih takut untuk memulai.

Sebagai mahasiswa, kegiatan perkuliahan seperti organisasi dan tugas yang diberikan dosen dapat diatasi dengan menyediakan waktu khusus dalam mengerjakan pekerjaan satu per satu. “Tugas dari dosen ya kita kerjakan selagi kedai belum buka, disaat kedai sudah buka saatnya fokus untuk bekerja. Pokoknya tugas ya tugas, kerja ya kerja” tutur Galih. Belajar dari kedai yang sudah mereka buka, Pras dan teman-teman memberikan saran agar para mahasiswa yang sudah memiliki ide tidak takut untuk mengaplikasikan ide mereka. “Jangan takut untuk mulai melangkah karena jika tidak ada langkah awal maka ngga bakal ada langkah-langkah kedepannya dan kita ngga bakal tau sebelum mencoba” pesan Pras. (Ghina)